Cerita ini berjudul "Ibu Buta Yang Memalukanku..!" baca dulu baru koment yak
Tidak ada yang akan bisa menggantikan sosok ibu tercinta, seperti yang
terlihat di gambar ini, ketika seorang ibu mengorbankan dirinya untuk
menyelamatkan anaknya ketika terjadi gempa bumi di China. Sang anak
berhasil selamat, sementara ibunya meninggal.
Berikut ini kisah yang lain lagi mengenai pengorbanan seorang ibu. Semoga kisah ini bisa memberi inspirasi pada
anda semua untuk semakin menyayangi ibu kita masing-masing. Anda
mungkin perlu mempersiapkan tisu sebelum membaca kisah dengan kejutan di
akhir cerita ini:
Saat aku beranjak dewasa, aku mulai
mengenal sedikit kehidupan yang menyenangkan, merasakan kebahagiaan
memiliki wajah yang tampan, kebahagiaan memiliki banyak pengagum di
sekolah, kebahagiaan karena kepintaranku yang dibanggakan banyak guru.
Itulah aku, tapi satu yang harus aku tutupi, aku malu mempunyai seorang
ibu yang BUTA! Matanya tidak ada satu. Aku sangat malu, benar-benar
malu!
Aku sangat menginginkan kesempurnaan, tak ada satupun
yang cacat dalam hidupku juga dalam keluargaku. Saat itu ayah yang
menjadi tulang punggung kami sudah dipanggil terlebih dahulu oleh Tuhan.
Tinggallah aku anak semata wayang yang seharusnya menjadi tulang
punggung pengganti ayah. Tapi semua itu tak kuhiraukan. Aku hanya
mementingkan kebutuhan dan keperluanku saja. Sedang ibu bekerja membuat
makanan untuk para karyawan di sebuah rumah jahit sederhana.
Pada suatu saat, ibu datang ke sekolah untuk menjenguk keadaanku. Karena
sudah beberapa hari aku tak pulang ke rumah dan tidak tidur di rumah.
Karena rumah kumuh itu membuatku muak, membuat kesempurnaan yang
kumiliki manjadi cacat. Akan kuperoleh apapun untuk menggapai sebuah
kesempurnaan itu.
Tepat di saat istirahat, kulihat sosok wanita
tua di pintu sekolah. Bajunya pun bersahaja, rapi dan sopan. Itulah
ibuku yang mempunyai mata satu dan yang selalu membuat aku malu. Yang
lebih memalukan lagi Ibu memanggilku. “Mau ngapain ibu ke sini? Ibu
datang hanya untuk mempermalukan aku!” Bentakanku membuat ibuku segera
bergegas pergi dan itulah memang yang kuharapkan!
Namun
beberapa temanku berkata dan menanyakan. “Hai, itu ibumu ya? Ibumu
matanya satu ya?” yang menjadikanku bagai disambar petir mendapat
pertanyaan seperti itu.
Beberapa bulan kemudian aku lulus
sekolah dan mendapat beasiswa di sebuah sekolah di luar negeri. Aku
mendapatkan beasiswa yang kuincar dan kukejar agar aku bisa segera
meninggalkan rumah kumuhku dan terutama meninggalkan ibuku yang
membuatku malu. Ternyata aku berhasil mendapatkannya. Dengan bangga
kubusungkan dada dan aku berangkat pergi tanpa memberi tahu Ibu karena
bagiku itu tidak perlu!
Aku hidup untuk diriku sendiri.
Persetan dengan Ibuku. Seorang yang selalu menghalangi kemajuanku. Di
sekolah itu, aku menjadi mahasiswa terpopuler karena kepintaran dan
ketampananku. Aku telah sukses dan kemudian aku menikah dengan seorang
gadis Indonesia dan menetap di Singapura.
Singkat cerita aku
menjadi seorang yang sukses, sangat sukses. Tempat tinggalku sangat
mewah, aku mempunyai seorang anak laki-laki berusia tiga tahun dan aku
sangat menyayanginya. Bahkan aku rela mempertaruhkan nyawaku untuk
putraku itu.
Sepuluh tahun aku menetap di Singapura, belajar
dan membina rumah tangga dengan harmonis dan sama sekali aku tak pernah
memikirkan nasib ibuku. Sedikit pun aku tak rindu padanya, aku tak
mencemaskannya. Aku BAHAGIA dengan kehidupanku sekarang.
Tapi
pada suatu hari kehidupanku yang sempurna tersebut terusik, saat putraku
sedang asyik bermain di depan pintu. Tiba-tiba datang seorang wanita
tua renta dan sedikit kumuh menghampirinya. Dan kulihat dia adalah
Ibuku, Ibuku datang ke Singapura. Entah untuk apa dan dari mana dia
memperoleh ongkosnya. Dia datang menemuiku.
Seketika saja Ibuku ku
usir. Dengan enteng aku mengatakan: “HEY, PERGILAH KAU PENGEMIS. KAU
MEMBUAT ANAKKU TAKUT!” Dan tanpa membalas perkataan kasarku, Ibu lalu
tersenyum, “MAAF, SAYA SALAH ALAMAT..."
Tanpa merasa besalah, aku masuk ke dalam rumah.
Beberapa bulan kemudian datanglah sepucuk surat undangan reuni dari
sekolah SMA ku. Aku pun datang untuk menghadirinya sampai tibalah aku di
kota kelahiranku. Aku menghadiri pesta reuni dan ingin sedikit
menyombongkan diri yang sudah sukses ini. Berhasil aku membuat seluruh
teman-temanku kagum pada diriku yang sekarang ini!
Selesai
reuni entah megapa aku ingin melihat keadaan rumahku sebelum pulang ke
Singapore. Tak tau perasaan apa yang membuatku melangkah untuk melihat
rumah kumuh dan wanita tua itu. Sesampainya di depan rumah itu, tak ada
perasaan sedih atau bersalah padaku, bahkan aku sendiri sebenarnya jijik
melihatnya. Dengan rasa tidak berdosa, aku memasuki rumah itu tanpa
mengetuk pintu terlebih dahulu. Kulihat rumah ini begitu berantakan. Aku
tak menemukan sosok wanita tua di dalam rumah itu, entahlah dia ke
mana, tapi justru aku merasa lega tak bertemu dengannya.
Bergegas aku keluar dan bertemu dengan salah satu tetangga rumahku.
“Akhirnya kau datang juga. Ibu mu telah meninggal dunia seminggu yang
lalu...”
“Oh", hanya perkataan itu yang bisa keluar dari
mulutku. Sedikit pun tak ada rasa sedih di hatiku yang kurasakan saat
mendengar ibuku telah meninggal.
“Ini, sebelum meninggal,
Ibumu memberikan surat ini untukmu”, kata tetanggaku. Setelah
menyerahkan surat ia segera bergegas pergi. Kubuka lembar surat yang
sudah kucel itu:
"Untuk anakku yang sangat kucintai..
Anakku yang kucintai aku tahu kau sangat membenciku. Tapi Ibu senang
sekali waktu mendengar kabar bahwa akan ada reuni disekolahmu.
Aku berharap agar aku bisa melihatmu sekali lagi. karena aku yakin kau akan datang ke acara reuni tersebut.
Sejujurnya ibu sangat merindukanmu, teramat dalam, sehingga setiap
malam Aku hanya bisa menangis sambil memandangi fotomu satu-satunya yang
ibu punya. Ibu tak pernah lupa untuk mendoakan kebahagiaanmu, agar kau
bisa sukses dan melihat dunia luas. Asal kau tahu saja anakku tersayang,
sejujurnya mata yang kau pakai untuk melihat dunia luas itu salah
satunya adalah mataku yang selalu membuatmu malu.
Mataku yang
kuberikan padamu waktu kau kecil. Waktu itu kau dan Ayahmu mengalami
kecelakaan yang hebat, tetapi Ayahmu meninggal, sedangkan mata kananmu
mengalami kebutaan. Aku tak tega anak tersayangku ini hidup dan tumbuh
dengan mata yang cacat maka aku berikan satu mataku ini untukmu.
Sekarang aku bangga padamu karena kau bisa meraih apa yang kau inginkan
dan cita-citakan. Dan akupun sangat bahagia bisa melihat dunia luas
dengan mataku yang aku berikan untukmu. Saat aku menulis surat ini, aku
masih berharap bisa melihatmu untuk yang terakhir kalinya, Tapi aku rasa
itu tidak mungkin, karena aku yakin maut sudah di depan mataku.
Peluk cium dari Ibumu tercinta."
Bak petir di siang bolong yang menghantam seluruh saraf-sarafku, Aku
terdiam! Baru kusadari bahwa yang membuatku malu sebenarnya bukan ibuku,
tetapi diriku sendiri….
Title : Cerita Spesial Hari Ibu
Description : Cerita ini berjudul " Ibu Buta Yang Memalukanku..!" baca dulu baru koment yak Tidak ada yang akan bisa menggantikan sosok ibu ...